Kajian Islam Jogja Bersama Syaikh Marzuq bin Khalid al Azmy

Posted by Abu Mumtazah Selasa, 09 Juni 2015 0 komentar
Kajian Islam Jogja Bersama Syaikh Marzuq bin Khalid al Azmy
Kajian Islam Yogyakarta Bersama Syaikh Marzuq bin Khalid al Azmy (Da'i dari Kuwait, Mahasiswa Universitas Islam Madinah, Murid Syaikh Abdul Muhsin al Abbad)

Khutbah Jumat & Kajian Umum
"Tafsir Surat Al Ashr"
Markaz Al Furqon, Kungon, Bungirejo, Mungkid, Magelang (Depan Samsat Magelang)
Jum'at, 12 Juni 2015
Pukul 11.45 - 15.00
Penerjemah: Ust. Muhtar

"Huru-Hara Hari Kiamat"
Ponpes Hamalatul Quran, Gunung Sempu, Bantul
Jum'at, 12 Juni 2015
Pukul 18.00 (Ba'da Maghrib - Selesai)
Penerjemah: Ust. Abdussalam Busyro, Lc

"Untukmu Para Pejuang Subuh"
Masjid Pogung Dalangan, Pogung, Sleman
Sabtu, 13 Juni 2015
Ba'da Subuh – Selesai
Penerjemah: Ust. Amrullah Akadhinta

"Keutamaan Tauhid"
Pengajian Apkom Jogja
Rumah Bpk H. Wasis Utomo, Sleman
Sabtu, 13 Juni 2015
Ba'da 08.30 – Selesai
Penerjemah: Ust. Ammi Nur Baits

"Meneladani Akhlak Rasulullah"
Masjid Islamic Center Bin Baz, Piyungan, Bantul
Sabtu, 13 Juni 2015
Ba'da Zuhur – Selesai
Penerjemah: Ust. Arifin Ridin, Lc

"Amalan Penting Di Bulan Ramadhan"
Masjid Agung Syuhada, Yogyakarta
Sabtu, 13 Juni 2015
Ba'da Maghrib – Selesai
Penerjemah: Ust. Mutasim, Lc

Penyelenggara:
Lembaga Pendidikan Islam Imam Nawawi
Islamic Center BinBaz
Yayasan Imam Syafi'i Yogyakarta
Yayasan Al Furqon, Magelang
Yayasan deMuttaqin, Yogyakarta
Ponpes Hamalatul Quran Yogyakarta
Apkom Ngaji
Corps Dakwah Masjid Syuhada

Didukung oleh:
Pengajian Muslimah Jogja
Takmir Masjid Pogung Dalangan
Islam Itu Indah
Wisma Syariah Kartika

Informasi:
08156877677 

Baca Selengkapnya ....

Jalan Meraih Cinta dan Keridhoan Allah

Posted by Abu Mumtazah Jumat, 05 Juni 2015 0 komentar
Jalan Meraih Cinta dan Keridhoan Allah
Setiap muslim tentu menginginkan dirinya dapat meraih kecintaan dan keridhoan Allah ta’ala. Berbagai macam amalan, ritual, kegiatan rela di kerjakan demi meraih cinta dan keridhoan Allah. Dan cinta serta keridhoan Allah ini berkaitan dengan apa yang menjadi tujuan hidup manusia yaitu ibadah.

Allah ta’ala berfirman,

وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku (QS. Az-Dzariyat :56)

Lalu apa yang dimaksut dengan ibadah? Makna ibadah ini digunakan atas dua hal,

Pertama menyembah, yaitu merendahkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya karena rasa cinta dan mengagungkan-Nya.

Kedua Yang disembah dengannya, yaitu meliputi segala sesuatu yang dicintai dan diridhahi oleh Allah SWT berupa perkataan dan perbuatan, yang nampak dan tersembunyi seperti, doa, zikir, shalat, cinta, dan yang semisalnya. Maka melakukan shalat misalnya merupakan ibadah kepada Allah ta’ala.

Oleh karena itu hendaknya kita hanya menyembah kepada Allah ta’ala semata dengan merendahkan diri kepada-Nya, dengan cinta dan mengagungkan-Nya, dan kita tidak menyembahnya kecuali dengan cara yang telah disyari'atkan-Nya.

Ibadah ini tidak akan tegak sebagaimana mestinya kecuali sesuai dengan apa yang telah di perintahkan dan di syariatkan oleh Allah melalui Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini karena ibadah itu berkaitan dengan apa – apa yang dicintai dan di ridhoi oleh Allah, sedangkan kita tidak dapat mengetahui apa suatu hal, suatu perbuatan, suatu amalan di cintai dan diridhoi oleh Allah keculai jika amalan itu telah disyariatkan-Nya.  

Tidak mungkin luput suatu kebaikan, suatu amal perbuatan yang dicintai Allah dan diridhoi oleh Allah sementara Allah tidak pernah mensyariatkannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengajarkannya. Karena seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwasannya Agama ini telah sempurna.


الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu ...”(Al-Maa-idah: 3)

Semua kebaikan sudah dijelaskan di dalam syariat ini, semua perkara yang dapat mendekatkan seseorang ke surga, menjauhkan dari neraka telah di jelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

عَنْ أَبِى ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: تَرَكَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا طَائِرٌ يُقَلِّبُ جَنَاحَيْهِ فِي الْهَوَاءِ إِلاَّ وَهُوَ يَذْكُرُنَا مِنْهُ عِلْمًا. قَالَ: فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ إِلاَّ وَ قَدْ بُيِّنَ لَكُمْ.

 “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah pergi meninggalkan kami (wafat), dan tidaklah seekor burung yang terbang membalik-balikkan kedua sayapnya di udara melainkan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam telah menerangkan ilmunya kepada kami.” Berkata Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Tidaklah tertinggal sesuatu pun yang mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kalian” (HR. At-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir (II/155-156 no. 1647) dan Ibnu Hibban (no. 65) dengan ringkas dari Shahabat Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu. Lihat Silsilah al Ahaadits ash Shahihah no. 1803.)

Karena agama Islam ini telah sempurna, semua kebaikan, semua perkara yang dapat mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka telah di jelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tidak perlu lagi tambahan lagi. Kewajiban kita sebagai seorang muslim adalah tinggal mencari apa-apa yang merupakan perkara yang di cintai dan diridhoi Allah dengan mempelajari syariatnya yang telah di turunkan di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih.

Maka dari sini kita dapati bahwasannya standar kebaikan adalah al Qur’an dan as Sunnah yang shahih. Tolok ukur dalam kita menilai suatu amalan, suatu perbuatan itu apakah di cintai dan di ridhoi oleh Allah adalah syariatnya yang telah tertuang di dalam dua perkara yang menjadi tuntunan hidup manusia yaitu al-Qur’an dan as sunnah yang shahih.

Jika ada suatu amalan ibadah yang terlihatnya baik di mata manusia namun tidak mencocoki al-Qur’an, tidak mencocoki as Sunnah yang shahih, tidak ada pendahulunya dari kalangan salafush sholeh dalam beramal maka walaupun terlihatnya baik di mata manusia namun pada hakikatnya itu adalah perbuatan yang buruk yang hendaknya ditinggalkan oleh setiap muslim.

Oleh karena itu, saat ini tidak perlu kita mengarang-ngarang amal-amal baru yang tidak ada contohnya dari Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak perlu membuat-buat amalan baru yang tidak pernah di ajarkan Rasulullah, karena semuanya telah dijelaskan dan kita tinggal mencarinya, mengamalkan yang sudah ada, dan mendakwahkannya serta bersabar dijalan tersebut.

Jika kita ingin menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai suri tauladan yang baik, maka wajib bagi kita mengambil suri tauladan pada beliau pada semua hal, dan wajib bagi kita menjauhi semua perkara yang dilarang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersada,
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.

Barangsiapa yang mengada-ngada dalam urusan (agama) kami ini, sesuatu yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak” (HR. Al-Bukhari (no. 2697) dan Muslim (no. 1718), dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

إِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.

Hati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara yang baru. Setiap perkara-perkara yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud (no. 4607), at-Tirmidzi (no. 2676), Ahmad (IV/46-47) dan Ibnu Majah (no. 42, 43, 44), dari Sahabat Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu anhu, hadits ini hasan shahih)

Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhuma juga berkata berkaitan dengan perkara baru dalam ibadah ini,

كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً.

Setiap bid’ah adalah sesat, meskipun manusia memandangnya baik.” (Riwayat al Lalika-i dalam Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (no. 126))

Sebenarnya jika kita mengamalkan ibadah-ibadah yang telah disyariatkan Allah telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sehari semalam tidak cukup waktu kita untuk mengamalkan semuanya. :Lalu jika untuk mengamalkan ibadah yang disyariatkan saja tidak cukup waktu kita, mengapa lagi kita harus menambah-nambah amalan yang tidak disyariatkan?

Coba kita urutkan amalan – amalan yang disyariatkan oleh Allah dari pagi ketika mata kita terbuka hingga petang mata kita terlelap. Niscaya jika kita mencarinya dari amalan doa bangun tidur, dzikir pagi petang, dzikir-dzikir saat melakukan aktifitas baik berpakaian, kekamar mandi, sholat dhuha, bersyukur, dzikir mutlak, sholat wajib, sholat-sholat tathowu yang disyariatkan, membaca memahami mentadaburi menghafal al-Qur’an dan hadits, berbakti kepada orang tua, belajar Ilmu Agama, mengajarkan Ilmu, mengajarkan dan membimbing keluarga ilmu agama, dan masih banyak lagi sampai dzikir pagi petang, dzikir ketika akan tidur maka niscaya kita dapati waktu kita tidak cukup untuk mengamalkan itu semua. Padahal semua itu disyariatkan dan terdapat tuntunannya di dalam al-Qur’an maupun Sunnah yang shahih. Maka daripada kita mencari-cari amalan baru yang tidak terdapat contohnya dalam agama ini yang tentu hal tersebut adalah perkara yang tercela, hendaknya kita lebih fokus lagi dalam beramal yang sesuai tuntunan al-Qur’an dan Sunnah shahihah.

Berapa banyak kita lihat orang-orang disekitar kita yang sibuk mengamalkan perbuatan-perbuatan yang tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam ternyata mereka banyak melalaikan amalan yang disyariatkan Allah, mereka lupa dan melalikan perkara-perkara penting yang disyariatkan Allah. Hingga tidak jarang kita lihat di masjid-masjid kaum muslimin ketika terdapat perayaan – perayaan yang mengatasnamakan perayaan Islam yang tidak ada contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu akan sangat penuh sesak di kunjungi manusia, namun ketika amalan tersebut amalan yang disyariatkan seperti sholat wajib maka sepi pengunjung, sepi yang menghadiri masjid, dan masih banyak perkara lainnya yang serupa dengan ini.

Maka mari sekarang kita buat skala prioritas dalam diri kita, mari kita pisahkan mana amalan yang disyariatkan, mana amalan yang tidak disyariatkan, mana amalan yang wajib, mana amalan yang sunnah, mana amalan mubah, dan mana amalan yang makruh dan haram.

Setelah kita memilah milah amalan tersebut maka tentu akan lebih mudah bagi kita untuk mendahulukan yang paling baik diatantara yang baik, yang baik diantara yang kurang baik dan tidak baik. Mari kita tinggalkan perkara yang dilarang dan juga perkara yang samar-samar. Perkara samar-samar disini maksutnya perkara yang di dalamnya terdapat pembolehan dan larangan, dan hal ini sepatutnya untuk kita tinggalkan menurut pendepat mayoritas ulama. Namun jika perkaranya tidak ada dalil yang memerintahkan dan tidak ada dalil yang melarang maka jika perkaranya termasuk ibadah hukum asalnya adalah haram sampai ada dalil yang menjelaskannya dan jika berkaitan dengan muamalah maka hukum asalnya boleh sampai ada dalil yang melarang.

Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ كَالرَّاعِى يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللَّهِ مَحَارِمُهُ

Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat -yang masih samar- yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada pengembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya.” (Mattafaqun‘alih).

Fanspage kami INFO KAJIAN SUNNAH

Baca Selengkapnya ....

Nasehat Untuk Yang Sedang Bermaksiat

Posted by Abu Mumtazah Sabtu, 23 Mei 2015 0 komentar
Nasehat Untuk Yang Sedang Bermaksiat

Bilal bin Sa’ad rahimahullah berkata:

لا تنظر إلى صغر المعصية وانظر إلى عظمة من عصيت


“Janganlah kamu lihat kepada kecilnya sebuah maksiat akan tetapi lihatlah agungnya Yang kamu maksiati”. 

Baca Selengkapnya ....

Benarkah Belajar Tauhid Tidak Meningkatkan Iman?

Posted by Abu Mumtazah Sabtu, 02 Mei 2015 0 komentar
Benarkah Belajar Tauhid Tidak Meningkatkan Iman?
Terinspirasi dari obrolan ringan dengan seorang dari salah satu kelompok Islam yang sangat semangat berdakwah mengenai Tauhid dan Iman. Kami tertarik sedikit membahas apa yang dikatakan beliau bahwasannya (kami sarikan secara makna), jika kita ingin meningkatkan keimanan kita, maka kita harus ikut mengamalkan praktek dakwah versi mereka, sementara kata beliau, jika kita belajar tauhid maka ini semua orang sudah tahu dan paham, dan ini tidak bisa menaikkan keimanan kita sebagaimana jika kita melakukan usaha dakwah versi mereka.

Yang menarik yang ingin kami tulis disini adalah, apakah benar menaikkan keimanan itu hanya dengan cara dawah versi mereka? Benarkan orang yang memperlajari Tauhid itu tidak meningkatkan keimanan? Apakah benar pernyataan kalau masalah Tauhid itu sudah banyak yang tahu dan faham?

Pertama, yang harus kita ketahui apa yang dimaksut dengan iaman, dan apa yang dimaksut dengan tauhid. Karena jangan sampai kita sudah berbicara sana sini, ngalor ngidul mengenai iman dan tauhid tetapi ternyata kita tidak memahami atau bahkan tidak mengerti apa itu iman dan apa itu tauhid.

Langsung kepada pokok pembahasan mengenai makna iman yang pernah di sebutkan oleh Imam al-Bukhori rahimaullah pemilik kitab paling shohih setelah al-Qur’an, beliau mengatakan bahwasannya Aku telah bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.”  Dari sini dapat kita ketahui bahwasannya iman ini mencakup perkataan dan perbuatan yang dapat bertambah dan berkurang. Sebagai tambahan, Imam Asy Syafi’i rahimahullah juga berkata bahwa, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.”

Maka sekarang jelas bagi kita, sebab bertambahnya iman adalah dengan melakukan ketaatan, beramal sholih, sedangkan sebab turunnya / berkurangnya keimanan itu karena kemaksiatan.

Dari sini maka dapat kita ketahui, bahwa salah yang mengatakan bahwa jika ingin bertambah imannya maka kamu harus ikut aktif menjadi juru dakwah seperti kelompok kami. Jika kita mengetahui sebab bertambahnya keimnan itu adalah karena amalan sholih, dan tentu amalah sholih itu sangat banyak, maka tentu perkataan ini tertolak. Bahkan kita juga harus jeli lagi menilai dakwah yang dilakukan kelompok ini apakah termasuk amalan sholih, ataukah amalan yang memaksakan diri. Karena tentu dakwah haruslah dibarengi dengan Ilmu terlebih dahulu.

Maka siapa saja yang ingin meningkatkan Keimanan, hendaknya mereka melakukan amalan sholih. Dan untuk mengukur suatu amalan itu dikatakan amalan sholih itu harus ditijau dari dua hal, yaitu ikhlas dan ittiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika tidak berkumpul dua syarat tersebut, maka amalan yang dikerjakan bukanlah termasuk amalan sholih.

Kedua, apakah orang yang mempelajari tauhid itu tidak bisa meningkatkan keimanan? Tentu setelah membaca tulisan diatas, anda dapat menjawabnya sendiri. Apakah belajar ilmu Tauhid itu termasuk amalan sholih ataukah maksiat?

Ketiga, benarkan pernyataan kalau masalah Tauhid itu sudah banyak yang tahu dan faham? Jawabnya tentu tidak. Kalaupun mereka ditanya apa itu Tauhid, sebutkan syarat dan rukun-rukunnya, apa saja yang yang dapat membatalakn tauhid, apa saja yang dapat mengurangi tauhid, maka sangat sedikit yang dapat menjawabnya. Dari sini maka pernyataan kalau banyak orang sudah mengerti tauhid dan tidak perlu membahasnya lagi ini adalah pernyataan sok pintar saja yang tidak perlu ditanggapi.

Sebagai tambahan, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu sangat perhatian dengan tauhidnya seorang muslim. Baliau 10 tahun berdakwah di Mekkah, yang didakwahkan itu adalah Tauhid, bukan yang lain. Hal ini karena tauhid ini adalah kunci diterimanya amalan seseorang. Ketika seorang beramal tidak dibarengi dengan tauhid, maka amalnya batal, atau minimal berkurang. Dan tauhid ini adalah perkara yang paling besar.

Perlu juga diketahui bahwasannya, Tauhid secara syar’i maknanya adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya. Dan tauhid ini dibagi menjadi 3 pembagian, yaitu Tauhid Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma wa sifat. Dan pembahasan ini cukup panjang, dan belum lagi masuk ke dalam praktek-praktek manusia di zaman ini, maka pembahasan Tauhid ini tidak sesimpel yang banyak orang kira, termasuk beliau yang mengatakan bahwa tidak penting belajar lagi ilmu Tauhid.


Juga harus diketahui, bahwasannya tidak bisa memisahkan antara Tauhid dan Iman. Karena tauhid dan iman ini adalah bagian dari akidah Islam. Ketika seseorang belajar tauhid, maka ia akan belajar iman, ketika seseorang belajar iman dan rukun-rukunnya maka ia belajar tauhid juga. Wallahu a’alam.  

Baca Selengkapnya ....

Tabayyun Dalam Islam

Posted by Abu Mumtazah Kamis, 16 April 2015 0 komentar
Tabayyun Dalam Islam
Allah ta'ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

"Wahai orang-orang yang Beriman, apabila datang seorang fasiq dengan membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum karena suatu kebodohan, sehingga kalian menyesali perbuatan yang telah kalian lakukan." (QS. Al-Hujurat: 6)

Dalam ayat ini kita setiap muslim dituntut untuk berhati-hati dalam menerima sebuah berita dan selalu tabayyun / crosscek atau meniti terlebih dahulu. Ketika ada berita terbaru tidak asal comot sana comot sini kemudian di share yang terkadang yang membagikan berita ini belum cek beritanya secara teliti, atau bahkan belum membaca berita yang ia share ke banyak orang.

Oleh karena itu hendaknya setiap kita selalu meneliti terlebih dahulu berita yang kita dapatkan, apakah berita tersebut benar ataukah salah ataukah beritanya ditambah-tambah atau dikurang-kurang. Sehingga dari berita ini kita dapat adil dalam menilai setiap muslim, dapat adil dalam menghukumi sesuatu, dan dapat adil dalam bersikap.

Di dalam ayat ini crosscek dalam ayat ini ditujukan pada orang fasiq yang membawa berita, lalu apakah kita bisa mengambil makna sebaliknya? Yaitu apabila yang membawa berita itu adalah seorang muslim yang tidak fasiq, sholeh maka kita boleh tidak cresscek / tidak tabayyun terlebih dahulu. Menurut para ulama, pemahaman sebaliknya ini tidak bisa diterapkan, karena manusia tidak ada yang maksum dari kesalahan. Maka walaupun berita itu datangnya dari seorang muslim yang sholeh sekalipun, tetap saja kita harus tabayun / crosscek terlebih dahulu berita yang disampaikannya.


Lalu apa yang dimaksut dengan tabayyun ini? Mengenai makna tabayyun ini, Asy-Syaukani di dalam Fath al-Qadir menjelaskan, tabayyun maknanya adalah memahami dan memeriksa dengan teliti. Maka ketika datang kabar kepada kita, datang berita kepada kita, datang informasi kepada kita, apalagi berita, kabar, informasi ini berkenaan dengan orang ‘alim, walaupun yang membawa berita ini adalah seorang yang juga ‘alim bahkan Syaikh sekalipun hendaknya kita selalu tabayun dan berhati-hati dalam mengambil kesimpulan terhadap berita yang kita dapatkan tersebut. 

Lalu apakah tabayyun disini maksutnya kita harus mendatangi langsung orang yang membawa berita tersebut atau menanyakan secara langsung kepada objek yang diberitakan tersebut? Tentu hal ini tidak menjadi syarat tabayyun. Tabayyun disini seperti yang telah di jelaskan oleh Asy-Syaukani diatas yaitu hendaknya memahami dan memeriksa secara teliti berita itu. Dan cara memahami dan memeriksa sebuah berita ini tidak harus dengan menanyakan langsung kepada pembawa berita atau kepada objek yang diberitakan ini jika tidak memungkinkan. Hal ini bisa dilakukan dengan membaca berbagai macam karya tulis atau rekaman dari objek yang diberitakan tersebut atau mengambil dari sumber-sumber terpercaya dari objek yang dijadikan rujukan objek berita tersebut. Wallahu a’lam.  

Fanpage kami INFO KAJIAN SUNNAH 

Baca Selengkapnya ....

Tabligh Akbar Indahnya Kesabaran MPD Yogyakarta

Posted by Abu Mumtazah Rabu, 15 April 2015 0 komentar
Tabligh Akbar Indahnya Kesabaran  MPD Yogyakarta
Tabligh Akbar Indahnya Kesabaran  MPD Yogyakarta
Hadirilah! Tabligh Akbar Ahlussunnah wal Jamaah!

Tema               : Indahnya Kesabaran (Kaidah-kaidah Syar'i Seputar Sifat Sabar)
Pemateri         : Al Ustadz Ali Basuki, Lc (Alumnus Universitas Islam Madinah)
Hari                 :  Jum'at, 17 April 2015
Waktu              : 14.00 - 17.00 WIB
Tempat            :  Masjid Pogung Dalangan - MPD, utara Fakultas Teknik UGM Yogyakarta

Tabligh Akbar ini Gratis! Dan Terbuka untuk Umum!

Penyelenggara: 
1. Pusat Studi dan Dakwah Islam Darussalam Yogyakarta
2. Yayasan Darussunnah Al Islamy Yogyakarta

Live Streaming: 
Radio Syiarsunnah (www.sunnah.or.id)

Informasi: 
0856-9381-3790 (Fadly)

Fanpage kami INFO KAJIAN SUNNAH
www.JadwalKajianSunnah.Blogspot.Com 

Baca Selengkapnya ....

Surat Terbuka untuk Kaum Muslimin di Pamekasan

Posted by Abu Mumtazah Rabu, 11 Maret 2015 0 komentar
surat terbuka untuk muslimin pamekasan
Assalamua’laikum wr.wb.
Mengawali surat ini kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah subhanahu wataála atas semua limpahan rahmat dan nikmat-Nya hingga kita semua berada dalam keadaan sehat wal áfiat. Shalawat dan salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad shallallahua’laihi wasallam, keluarga, para sahabatnya dan orang – orang yang senantiasa istiqamah dalam mengikuti petunjuknya.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah,
Surat ini sengaja kami tulis sebagai respon sekaligus klarifikasi atas peristiwa yang menimpa ustad Zainuddin yang kebetulan kami undang untuk mengisi pengajian di Masjid Ridwan, pada hari Sabtu, 7 Maret 2015. Penting bagi kami untuk memberikan informasi kepada masyarakat Pamekasan pada umumnya dan Jamaah Masjid Ridwan pada khususnya. Peristiwa ini benar – benar diluar dugaan kami, dan hampir tak pernah terbayangkan sedikitpun pada diri kami, bahwa di bumi Gerbangsalam ini kejadian yang sangat menciderai ukhuwah islamiyyah ini harus terjadi.
Kejadian ini berawal dari surat yang dikirim oleh sebuah organisasi yang menamakan “GASPER” (gerakan santri pemuda rahmatan lilálamin) kepada Takmir Masjid Ridwan pada saat menjelang maghrib. Inti dari materi surat tersebut mengajak dialog ilmiah terkait apa yang disampaikan oleh Ustad Zainuddin tiga tahun lalu yang bertempat di Islamic centre dammam, Saudi Arabia yang kebetulan di upload di Youtube. Sebagai pihak yang sangat menjujunjung tinggi ukhuwah islamiyyah, takmir Masjid Ridwan menyambut baik dialog ilmiah tersebut. Namun sebelum memutuskan untuk menggelar dialog, takmir mengabarkan kepada Ustad Zainuddin terkait dengan permintaan tersebut, dan alhamdulillah gayungpun bersambut, Ustad Zainuddin mengamininya. Atas dasar persetujuan dari ustad Zainuddin, maka Takmir Masjid Ridwan menghubungi pihak yang bersangkutan sesuai dengan nomer yang tertera dalam surat tersebut. Kami tidak punya prasangka apapun kepada saudara kami dari Gasper selain kebaikan dan kebaikan. Karena itu sebagai wujud kecintaan kami kepada sunnah maka semua hal yang berkenaan menyambut kedatangan saudara kami yang hendak dialog ilmiah kami persiapkan dengan baik, mulai dari tempat pertemuan dan konsumsi ala kadarnya. Kami benar – benar berharap pertemuan ini akan menjadi momentum merekatnya tali ukhuwah islamiyyan diantara kami.
Singkat cerita, waktu yang sudah disepakati pun tiba. Sekitar pukul 22.30 saudara kami dari Gasper datang. Maka dengan rasa persaudaraan yang tulus, kami menyambut mereka layaknya tamu yang memang harus kami muliakan. Tanpa basa – basi kami pun mengucapkan salam terlebih dahulu kepada mereka dan menyalami mereka satu persatu. Maka dengan rasa hormat kami mengajak mereka ke tempat pertemuan yang sudah kami sediakan. Namun sungguh semuanya diluar dugaan kami, ajakan kami yang tulus ditolak mentah – mentah oleh mereka, bahkan mereka mengatakan tidak mau masuk dan hanya ingin ketemu dengan Ustad. Kamipun merasa heran, bagaimana mungkin mereka menolak masuk ke tempat pertemuan sementara mereka menginginkan jawaban yang detil terhadap apa yang disampaikan oleh Ustad Zainuddin, sungguh logika kami benar – benar tidak paham apa yang sesungguhnya mereka mau. Dalam kondisi seperti ini kamipun masih khusnudzon (baik sangka), dan kamipun mendampingi saudara kami dari Gasper yang ingin menjumpai ustad Zainuddin yang kebetulan berjalan menuju tempat pertemuan dengan saudara kami. Namun semua diluar dugaan kami, ternyata bukan dialog tetapi yang terjadi justru pengadilan jalanan. Ustad Zainuddin benar – benar dihakimi dengan tanpa adab dan akhlaq seorang muslim. Juru bicara mereka mendatangi ustadz yang baru menyebrang jalan dan berteriak bertanya “ siapa yang bernama mas zainuddin ?”panggilan yang menurut kami sangat tidak pantas untuk seorang ustadz. Kemudian mereka memegang tangan Ustad Zainuddin, menarik ustadz dengan paksa ke trotoar dan langsung mencerca berbagai pertanyaan dengan teriak di jalanan sehingga jalanan yang awalnya sepi berubah menjadi ramai dengan berhentinya para pengguna jalan. Kamipun mencoba menahan mereka yang menarik ustad. Kami sampaikan kepada mereka bahwa sebaiknya diskusi diadakan di dalam yaitu tempat yang telah kami sediakan. Tapi mereka menjawab ajakan kami dengan berteriak “DIAM ! Namun Alhamdulillah, Ustad Zainuddin dengan tulus mendengarkan apa yang mereka katakan sampai mereka selesai. Setelah Ustad menganggap apa yang mereka tanyakan cukup, maka Ustad menjawab pertanyaan mereka dengan jawaban yang santun dengan penuh rasa persaudaraan. Sungguh di luar dugaan kami, baru ustad mulai untuk menjawab salah seorang diantara mereka menyodorkan kamera atau hp tepat dihadapan muka Ustad Zainuddin sehingga ustadpun menegur mereka untuk tidak melakukan hal seperti itu.
Belum selesai Ustad menjawab apa yang mereka tanyakan, mereka pun memotong pembicaraan ustad sambil teriak – teriak dan mengancam akan melakukan perhitungan jika Ustad Zainuddin datang kembali kesini. Mereka berbicara dan bersikap seakan preman yang tidak beradab dan jauh sekali dari pelajar atau santri. Kami yang kebetulan berada disamping ustad Zainuddin benar – benar heran apa sebenarnya yang mereka inginkan dari pertemuan ini, Bukankah mereka sendiri yang meminta untuk dialog ilmiah, tetapi mengapa mereka sendiri yang justru merusak acara yang mereka inginkan sendiri. Dihadapkan kepada situasi seperti ini tentu kami tidak tinggal diam, kami meminta bantuan polisi untuk mengamankan kejadian ini. Namun beberapa orang dari jamaah masjid yang kebetulan berada di lokasi meminta mereka untuk turun dari mobil dan mau untuk melakukan dialog. Tetapi mereka tetap menolak dan langsung tancap gas mobilnya meninggalkan tempat.
Melihat kejadian seperti ini tiba – tiba salah seorang Jamaah masjid Ridwan tidak terima sehingga dengan inisiatifnya sendiri melakukan pengejaran untuk memberhentikan mobil yang mereka tumpangi. Alhamdulillah, kurang lebih satu kilometer dari tempat kejadian, jamaah masjid ridwan dapat menghentikan mobil tersebut. Karena kita memang tidak ingin rame, terlebih lagi saat itu kira – kira pukul 23.00 WIB. Maka demi menjaga kemaslahatan bersama kita serahkan urusan ini ke Polres Pamekasan. Karena bagaimanapun kami terdzalimi upaya kekeluargaan untuk menyelesaikan persoalan ini tetapi harus kami dahulukan. Kami tidak ingin terjadi pengadilan jalanan meski kami sangat bisa untuk melakukannya. Maka setibanya di Polres Pamekasan, kita semua diintrogasi oleh Polisi terkait dengan masalah ini. Namun sekali lagi kami mendapatkan kejutan yang sangat luar biasa dari mereka. Penuturannya yang santun, senyum ramah, dan tutur kata yang lembut mereka tampilkan dihadapan Polisi sehingga terkesan mereka yang terdzalimi.
Bagi kami pemandangan ini sangat luar biasa. Bagaimana mungkin hanya dalam hitungan jam, karakter mereka yang sangat tidak menghargai dan melecehkan kami tiba – tiba berubah 180 derajat menjadi pribadi yang penuh rasa hormat kepada orang terlebih,khususnsya kepada Bapak Polisi, ini benar – benar hal yang tak masuk akal. Dan tidak cukup hanya disini, apa yang mereka tuturkan dihadapan polisi sangat berbeda jauh dengan fakta yang ada. Mereka katakan bahwa mereka datang dengan baik – baik tetapi justru panitia yang menghalang – halangi untuk bisa bertemu dengan ustad Zainuddin.
Demi Allah kalau yang mereka katakan itu benar,niscaya tidak akan terjadi hal yang sangat memalukan seperti ini. Bukankah kami sudah menyediakan tempat dan bahkan tidak hanya itu saja, kami pun sudah men-setting acara dialog tersebut dengan alokasi waktu yang sama agar adil dan tidak terjadi debat kusir. Namun semuanya sia – sia. Kami yang dengan tulus meminta mereka untuk tidak berteriak – teriak karena selain jauh dari akhlaq islam, juga kami khawatir akan mengundang banyak massa yang kebetulan lewat di jalan yang memang terkenal padat itu justru kami yang dibentak – dibentak. Mereka seolah lupa bahwa mereka adalah tamu yang ada di wilayah kami. Mereka bahkan menganggap kami seperti anak kecil yang harus mengikuti semua kemauan mereka. Akhirnya apa yang kami khawatirkan terjadi. Banyak massa yang lewat di tempat kejadian tersebut berhenti sehingga membuat jalanan macet. Bagi kami ini benar – benar memalukan dan sangat menyakitkan. Namun demikian, kamipun berusaha sabar mengahadapi sikap mereka yang sangat merendahkan harga diri kami, karena kami masih berharap bahwa hal ini hanya luapan emosi sesaat. Tapi harapan kami jauh panggang daripada api. Mereka justru menyalahkan kami dihadapan polisi karena kami dianggap tidak mau kooperatif (kerjasama) dengan mereka. Atas tuduhan ini kamipun meminta mereka untuk tidak membolak-balikkan fakta.
Akhirnya kami menantang mereka untuk membuktikan tuduhan dusta tersebut dengan meminta mereka mengeluarkan hasil rekaman mereka saat mencerca ustad Zainuddin. Namun tak satupun diantara mereka yang punya sikap gentle untuk mengeluarkannya. Karena mereka tahu jika hasil rekaman diberitahukan kepada polisi niscaya apa yang mereka tuduhkan kepada kami akan terbantahkan dengan hasil rekaman mereka sendiri. Tapi biarlah Allah subhanahu wata’ala yang akan menjadi saksi atas semua itu.
Akhirnya hanya dengan mengharap ridho Allah subhanahu wata’la, mudah – mudahan melalui surat terbuka ini masyarakat Pamekasan, khususnya jama’ah masjid Ridwan bisa memahami apa yang sesungguhnya terjadi.
Pamekasan, 10 Maret 2015
Hanif Thalib
Ketua Takmir Masjid Ridwan    

Sumber : IlmFirst
                                                                                                                                             


Sebesar itukah kebencianmu terhadap saudaramu sesama muslim? sampai-sampai engkau tidak mampu berbuat adil kepada mereka. Bukankah kepada orang kafir saja kita harus berbuat adil? Lalu mengapa engkau perlakukan saudaramu sesama muslim seperti ini? 

وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu tidak berlaku adil. Berbuat adillah karena ia lebih mendekati ketakwaan. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan 
(QS. Al Maa’idah: 8)


Baca Selengkapnya ....
Jual Jilbab Syar'i, Gamis Akhwat dan Ikhwan dll support Jual Mainan Anak Playpad - Original design by Bamz | Copyright of Faidah Kajian Sunnah .