Surat Terbuka untuk Kaum Muslimin di Pamekasan
Rabu, 11 Maret 2015
0
komentar
Assalamua’laikum wr.wb.
Mengawali
surat ini kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah subhanahu wataála atas
semua limpahan rahmat dan nikmat-Nya hingga kita semua berada dalam keadaan
sehat wal áfiat. Shalawat dan salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad
shallallahua’laihi wasallam, keluarga, para sahabatnya dan orang – orang yang
senantiasa istiqamah dalam mengikuti petunjuknya.
Kaum
muslimin yang dirahmati Allah,
Surat
ini sengaja kami tulis sebagai respon sekaligus klarifikasi atas peristiwa yang
menimpa ustad Zainuddin yang kebetulan kami undang untuk mengisi pengajian di
Masjid Ridwan, pada hari Sabtu, 7 Maret 2015. Penting bagi kami untuk
memberikan informasi kepada masyarakat Pamekasan pada umumnya dan Jamaah Masjid
Ridwan pada khususnya. Peristiwa ini benar – benar diluar dugaan kami, dan
hampir tak pernah terbayangkan sedikitpun pada diri kami, bahwa di bumi
Gerbangsalam ini kejadian yang sangat menciderai ukhuwah islamiyyah ini harus
terjadi.
Kejadian ini berawal dari surat yang dikirim oleh sebuah
organisasi yang menamakan “GASPER” (gerakan santri pemuda rahmatan lilálamin)
kepada Takmir Masjid Ridwan pada saat menjelang maghrib. Inti dari materi surat
tersebut mengajak dialog ilmiah terkait apa yang disampaikan oleh Ustad
Zainuddin tiga tahun lalu yang bertempat di Islamic centre dammam, Saudi Arabia
yang kebetulan di upload di Youtube. Sebagai pihak yang sangat menjujunjung
tinggi ukhuwah islamiyyah, takmir Masjid Ridwan menyambut baik dialog ilmiah
tersebut. Namun sebelum memutuskan untuk menggelar dialog, takmir mengabarkan
kepada Ustad Zainuddin terkait dengan permintaan tersebut, dan alhamdulillah gayungpun bersambut, Ustad Zainuddin
mengamininya. Atas dasar persetujuan dari ustad Zainuddin, maka Takmir Masjid
Ridwan menghubungi pihak yang bersangkutan sesuai dengan nomer yang tertera
dalam surat tersebut. Kami tidak punya prasangka apapun kepada saudara kami
dari Gasper selain kebaikan dan kebaikan. Karena itu sebagai wujud kecintaan
kami kepada sunnah maka semua hal yang berkenaan menyambut kedatangan saudara
kami yang hendak dialog ilmiah kami persiapkan dengan baik, mulai dari tempat
pertemuan dan konsumsi ala kadarnya. Kami benar – benar berharap pertemuan ini
akan menjadi momentum merekatnya tali ukhuwah islamiyyan diantara kami.
Singkat
cerita, waktu yang sudah disepakati pun tiba. Sekitar pukul 22.30 saudara kami
dari Gasper datang. Maka dengan rasa persaudaraan yang tulus, kami menyambut
mereka layaknya tamu yang memang harus kami muliakan. Tanpa basa – basi kami
pun mengucapkan salam terlebih dahulu kepada mereka dan menyalami mereka satu
persatu. Maka dengan rasa hormat kami mengajak mereka ke tempat pertemuan yang
sudah kami sediakan. Namun sungguh semuanya diluar dugaan kami, ajakan kami
yang tulus ditolak mentah – mentah oleh mereka, bahkan mereka mengatakan tidak
mau masuk dan hanya ingin ketemu dengan Ustad. Kamipun merasa heran, bagaimana
mungkin mereka menolak masuk ke tempat pertemuan sementara mereka menginginkan
jawaban yang detil terhadap apa yang disampaikan oleh Ustad Zainuddin, sungguh
logika kami benar – benar tidak paham apa yang sesungguhnya mereka mau. Dalam
kondisi seperti ini kamipun masih khusnudzon (baik sangka), dan kamipun
mendampingi saudara kami dari Gasper yang ingin menjumpai ustad Zainuddin yang
kebetulan berjalan menuju tempat pertemuan dengan saudara kami. Namun semua
diluar dugaan kami, ternyata bukan dialog tetapi yang terjadi justru pengadilan
jalanan. Ustad Zainuddin benar – benar dihakimi dengan tanpa adab dan akhlaq
seorang muslim. Juru bicara mereka mendatangi ustadz yang baru menyebrang jalan
dan berteriak bertanya “ siapa yang bernama mas zainuddin ?”panggilan yang
menurut kami sangat tidak pantas untuk seorang ustadz. Kemudian mereka memegang
tangan Ustad Zainuddin, menarik ustadz dengan paksa ke trotoar dan langsung
mencerca berbagai pertanyaan dengan teriak di jalanan sehingga jalanan yang
awalnya sepi berubah menjadi ramai dengan berhentinya para pengguna jalan.
Kamipun mencoba menahan mereka yang menarik ustad. Kami sampaikan kepada mereka
bahwa sebaiknya diskusi diadakan di dalam yaitu tempat yang telah kami
sediakan. Tapi mereka menjawab ajakan kami dengan berteriak “DIAM ! Namun
Alhamdulillah, Ustad Zainuddin dengan tulus mendengarkan apa yang mereka
katakan sampai mereka selesai. Setelah Ustad menganggap apa yang mereka
tanyakan cukup, maka Ustad menjawab pertanyaan mereka dengan jawaban yang
santun dengan penuh rasa persaudaraan. Sungguh di luar dugaan kami, baru ustad
mulai untuk menjawab salah seorang diantara mereka menyodorkan kamera atau hp
tepat dihadapan muka Ustad Zainuddin sehingga ustadpun menegur mereka untuk
tidak melakukan hal seperti itu.
Belum
selesai Ustad menjawab apa yang mereka tanyakan, mereka pun memotong
pembicaraan ustad sambil teriak – teriak dan mengancam akan melakukan
perhitungan jika Ustad Zainuddin datang kembali kesini. Mereka berbicara dan
bersikap seakan preman yang tidak beradab dan jauh sekali dari pelajar atau
santri. Kami yang kebetulan berada disamping ustad Zainuddin benar – benar
heran apa sebenarnya yang mereka inginkan dari pertemuan ini, Bukankah mereka
sendiri yang meminta untuk dialog ilmiah, tetapi mengapa mereka sendiri yang
justru merusak acara yang mereka inginkan sendiri. Dihadapkan kepada situasi
seperti ini tentu kami tidak tinggal diam, kami meminta bantuan polisi untuk
mengamankan kejadian ini. Namun beberapa orang dari jamaah masjid yang
kebetulan berada di lokasi meminta mereka untuk turun dari mobil dan mau untuk
melakukan dialog. Tetapi mereka tetap menolak dan langsung tancap gas mobilnya
meninggalkan tempat.
Melihat
kejadian seperti ini tiba – tiba salah seorang Jamaah masjid Ridwan tidak
terima sehingga dengan inisiatifnya sendiri melakukan pengejaran untuk
memberhentikan mobil yang mereka tumpangi. Alhamdulillah, kurang lebih satu
kilometer dari tempat kejadian, jamaah masjid ridwan dapat menghentikan mobil
tersebut. Karena kita memang tidak ingin rame, terlebih lagi saat itu kira –
kira pukul 23.00 WIB. Maka demi menjaga kemaslahatan bersama kita serahkan
urusan ini ke Polres Pamekasan. Karena bagaimanapun kami terdzalimi upaya
kekeluargaan untuk menyelesaikan persoalan ini tetapi harus kami dahulukan.
Kami tidak ingin terjadi pengadilan jalanan meski kami sangat bisa untuk
melakukannya. Maka setibanya di Polres Pamekasan, kita semua diintrogasi oleh
Polisi terkait dengan masalah ini. Namun sekali lagi kami mendapatkan kejutan
yang sangat luar biasa dari mereka. Penuturannya yang santun, senyum ramah, dan
tutur kata yang lembut mereka tampilkan dihadapan Polisi sehingga terkesan
mereka yang terdzalimi.
Bagi
kami pemandangan ini sangat luar biasa. Bagaimana mungkin hanya dalam hitungan
jam, karakter mereka yang sangat tidak menghargai dan melecehkan kami tiba –
tiba berubah 180 derajat menjadi pribadi yang penuh rasa hormat kepada orang
terlebih,khususnsya kepada Bapak Polisi, ini benar – benar hal yang tak masuk
akal. Dan tidak cukup hanya disini, apa yang mereka tuturkan dihadapan polisi
sangat berbeda jauh dengan fakta yang ada. Mereka katakan bahwa mereka datang
dengan baik – baik tetapi justru panitia yang menghalang – halangi untuk bisa
bertemu dengan ustad Zainuddin.
Demi
Allah kalau yang mereka katakan itu benar,niscaya tidak akan terjadi hal yang
sangat memalukan seperti ini. Bukankah kami sudah menyediakan tempat dan bahkan
tidak hanya itu saja, kami pun sudah men-setting acara dialog tersebut dengan
alokasi waktu yang sama agar adil dan tidak terjadi debat kusir. Namun semuanya
sia – sia. Kami yang dengan tulus meminta mereka untuk tidak berteriak – teriak
karena selain jauh dari akhlaq islam, juga kami khawatir akan mengundang banyak
massa yang kebetulan lewat di jalan yang memang terkenal padat itu justru kami
yang dibentak – dibentak. Mereka seolah lupa bahwa mereka adalah tamu yang ada
di wilayah kami. Mereka bahkan menganggap kami seperti anak kecil yang harus
mengikuti semua kemauan mereka. Akhirnya apa yang kami khawatirkan terjadi.
Banyak massa yang lewat di tempat kejadian tersebut berhenti sehingga membuat
jalanan macet. Bagi kami ini benar – benar memalukan dan sangat menyakitkan.
Namun demikian, kamipun berusaha sabar mengahadapi sikap mereka yang sangat
merendahkan harga diri kami, karena kami masih berharap bahwa hal ini hanya
luapan emosi sesaat. Tapi harapan kami jauh panggang daripada api. Mereka
justru menyalahkan kami dihadapan polisi karena kami dianggap tidak mau
kooperatif (kerjasama) dengan mereka. Atas tuduhan ini kamipun meminta mereka
untuk tidak membolak-balikkan fakta.
Akhirnya
kami menantang mereka untuk membuktikan tuduhan dusta tersebut dengan meminta
mereka mengeluarkan hasil rekaman mereka saat mencerca ustad Zainuddin. Namun
tak satupun diantara mereka yang punya sikap gentle untuk mengeluarkannya.
Karena mereka tahu jika hasil rekaman diberitahukan kepada polisi niscaya apa
yang mereka tuduhkan kepada kami akan terbantahkan dengan hasil rekaman mereka
sendiri. Tapi biarlah Allah subhanahu wata’ala yang akan menjadi saksi atas
semua itu.
Akhirnya hanya dengan mengharap ridho Allah subhanahu wata’la, mudah –
mudahan melalui surat terbuka ini masyarakat Pamekasan, khususnya jama’ah masjid
Ridwan bisa memahami apa yang sesungguhnya terjadi.
Pamekasan,
10 Maret 2015
Hanif
Thalib
Ketua
Takmir Masjid Ridwan Sumber : IlmFirst
Sebesar itukah kebencianmu terhadap saudaramu sesama muslim? sampai-sampai engkau tidak mampu berbuat adil kepada mereka. Bukankah kepada orang kafir saja kita harus berbuat adil? Lalu mengapa engkau perlakukan saudaramu sesama muslim seperti ini?
وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu tidak berlaku adil. Berbuat adillah karena ia lebih mendekati ketakwaan. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
(QS. Al Maa’idah: 8)
Baca Selengkapnya ....