Nasehat Untuk Yang Sedang Bermaksiat

Posted by Abu Mumtazah Sabtu, 23 Mei 2015 0 komentar
Nasehat Untuk Yang Sedang Bermaksiat

Bilal bin Sa’ad rahimahullah berkata:

لا تنظر إلى صغر المعصية وانظر إلى عظمة من عصيت


“Janganlah kamu lihat kepada kecilnya sebuah maksiat akan tetapi lihatlah agungnya Yang kamu maksiati”. 

Baca Selengkapnya ....

Benarkah Belajar Tauhid Tidak Meningkatkan Iman?

Posted by Abu Mumtazah Sabtu, 02 Mei 2015 0 komentar
Benarkah Belajar Tauhid Tidak Meningkatkan Iman?
Terinspirasi dari obrolan ringan dengan seorang dari salah satu kelompok Islam yang sangat semangat berdakwah mengenai Tauhid dan Iman. Kami tertarik sedikit membahas apa yang dikatakan beliau bahwasannya (kami sarikan secara makna), jika kita ingin meningkatkan keimanan kita, maka kita harus ikut mengamalkan praktek dakwah versi mereka, sementara kata beliau, jika kita belajar tauhid maka ini semua orang sudah tahu dan paham, dan ini tidak bisa menaikkan keimanan kita sebagaimana jika kita melakukan usaha dakwah versi mereka.

Yang menarik yang ingin kami tulis disini adalah, apakah benar menaikkan keimanan itu hanya dengan cara dawah versi mereka? Benarkan orang yang memperlajari Tauhid itu tidak meningkatkan keimanan? Apakah benar pernyataan kalau masalah Tauhid itu sudah banyak yang tahu dan faham?

Pertama, yang harus kita ketahui apa yang dimaksut dengan iaman, dan apa yang dimaksut dengan tauhid. Karena jangan sampai kita sudah berbicara sana sini, ngalor ngidul mengenai iman dan tauhid tetapi ternyata kita tidak memahami atau bahkan tidak mengerti apa itu iman dan apa itu tauhid.

Langsung kepada pokok pembahasan mengenai makna iman yang pernah di sebutkan oleh Imam al-Bukhori rahimaullah pemilik kitab paling shohih setelah al-Qur’an, beliau mengatakan bahwasannya Aku telah bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.”  Dari sini dapat kita ketahui bahwasannya iman ini mencakup perkataan dan perbuatan yang dapat bertambah dan berkurang. Sebagai tambahan, Imam Asy Syafi’i rahimahullah juga berkata bahwa, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.”

Maka sekarang jelas bagi kita, sebab bertambahnya iman adalah dengan melakukan ketaatan, beramal sholih, sedangkan sebab turunnya / berkurangnya keimanan itu karena kemaksiatan.

Dari sini maka dapat kita ketahui, bahwa salah yang mengatakan bahwa jika ingin bertambah imannya maka kamu harus ikut aktif menjadi juru dakwah seperti kelompok kami. Jika kita mengetahui sebab bertambahnya keimnan itu adalah karena amalan sholih, dan tentu amalah sholih itu sangat banyak, maka tentu perkataan ini tertolak. Bahkan kita juga harus jeli lagi menilai dakwah yang dilakukan kelompok ini apakah termasuk amalan sholih, ataukah amalan yang memaksakan diri. Karena tentu dakwah haruslah dibarengi dengan Ilmu terlebih dahulu.

Maka siapa saja yang ingin meningkatkan Keimanan, hendaknya mereka melakukan amalan sholih. Dan untuk mengukur suatu amalan itu dikatakan amalan sholih itu harus ditijau dari dua hal, yaitu ikhlas dan ittiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika tidak berkumpul dua syarat tersebut, maka amalan yang dikerjakan bukanlah termasuk amalan sholih.

Kedua, apakah orang yang mempelajari tauhid itu tidak bisa meningkatkan keimanan? Tentu setelah membaca tulisan diatas, anda dapat menjawabnya sendiri. Apakah belajar ilmu Tauhid itu termasuk amalan sholih ataukah maksiat?

Ketiga, benarkan pernyataan kalau masalah Tauhid itu sudah banyak yang tahu dan faham? Jawabnya tentu tidak. Kalaupun mereka ditanya apa itu Tauhid, sebutkan syarat dan rukun-rukunnya, apa saja yang yang dapat membatalakn tauhid, apa saja yang dapat mengurangi tauhid, maka sangat sedikit yang dapat menjawabnya. Dari sini maka pernyataan kalau banyak orang sudah mengerti tauhid dan tidak perlu membahasnya lagi ini adalah pernyataan sok pintar saja yang tidak perlu ditanggapi.

Sebagai tambahan, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu sangat perhatian dengan tauhidnya seorang muslim. Baliau 10 tahun berdakwah di Mekkah, yang didakwahkan itu adalah Tauhid, bukan yang lain. Hal ini karena tauhid ini adalah kunci diterimanya amalan seseorang. Ketika seorang beramal tidak dibarengi dengan tauhid, maka amalnya batal, atau minimal berkurang. Dan tauhid ini adalah perkara yang paling besar.

Perlu juga diketahui bahwasannya, Tauhid secara syar’i maknanya adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya. Dan tauhid ini dibagi menjadi 3 pembagian, yaitu Tauhid Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma wa sifat. Dan pembahasan ini cukup panjang, dan belum lagi masuk ke dalam praktek-praktek manusia di zaman ini, maka pembahasan Tauhid ini tidak sesimpel yang banyak orang kira, termasuk beliau yang mengatakan bahwa tidak penting belajar lagi ilmu Tauhid.


Juga harus diketahui, bahwasannya tidak bisa memisahkan antara Tauhid dan Iman. Karena tauhid dan iman ini adalah bagian dari akidah Islam. Ketika seseorang belajar tauhid, maka ia akan belajar iman, ketika seseorang belajar iman dan rukun-rukunnya maka ia belajar tauhid juga. Wallahu a’alam.  

Baca Selengkapnya ....
Jual Jilbab Syar'i, Gamis Akhwat dan Ikhwan dll support Jual Mainan Anak Playpad - Original design by Bamz | Copyright of Faidah Kajian Sunnah .