Dalam
kitab Ushulussunnah Imam Ahmad bin Hanbal
menyebutkan di awal-awal tulisan bahwa pondasi Ahlussunnah menurut kami
adalah berpegang teguh pada jalan hidup para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mungkin
terkadang dalam pikiran kita terbersit, mengapa Imam ahmad menyebutkan yang
pertama pondasi ahlussunnah adalah berpegang teguh pada jalan hidup para
sahabat, dan bukan langsung menyebutkan berpegang teguh kepada jalan hidup nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hal
ini dikarenakan orang-orang yang paling mengerti akan kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
para sahabat. Mereka (para sahabat) hidup bersama di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mendapat
bimbingan langsung dari Rasulullah, mendapat teguran langsung ketika mereka
bersalah, danmerekalah yang paling mengerti akan sabda-sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sekaligus
mereka (para sahabat pulalah yang meriwatkannya) sehingga sampai kepada kita di
zaman ini.
Jarak
waktu yang begitu sangat jauh dari zaman kita ke zaman Nabi ini membuat kita
tidak mampu memahami hakikat sesungguhnya sabda-sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika
seandainya kita memahami sabda-sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri dan tanpa mendapat dari
bimbingan riwayat / atsar-atsar dari sahabat, maka niscaya apa yang kita pahami
tidak akan sesuai dengan apa yang dipahami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat.
Dan
telah disebutkan di dalam ayat-ayat al-Qur’an dan hadits – hadits yang shahih
bahwa kita wajib mengikuti para Sahabat.
Seperti
dalam firman Allah tabaraka wa ta’ala,
“Dan
barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali”. (QS. An – Nisa’ : 115)
Kaum mu’min pada saat turunnya
ayat ini adalah para Sahabat radhiallahu
‘anhum. Maka siapa saja yang menyelisihi kaum mu’min
yaitu para Sahabat, dan mengikuti jalan selainnya, maka Allah ancam akan
memasukkannya kedalam neraka Jahannam.
Allah tabaraka wa ta’ala juga berfirman dalam al-Qur’an,
”Orang-orang
yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun
ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai dibawahnya, mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Itulah
kemenangan yang besar.”
(At- Taubah: 100)
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berdabda,
“Sesungguhnya barangsiapa dari
kalian yang hidup (sesudah aku wafat) maka ia akan melihat banyak perselisihan.
Maka wajib atas kalian berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah para Khalifah
yang lurus, gigitlah erat-erat dengan gigi geraham kalian.” (Shahih Sunan Abi Daud, hadits: 3851)
Dan sabda beliau juga saat
menjelaskan sifat-sifat golongan yang selamat,
“Yaitu, apa – apa yang pada hari
ini aku dan para sahabatku berada diatsanya.” (Hadits hasan)
Dan Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Barang siapa diantara kamu ingin mengambil keteladanan, maka
hendaknya ia mengambil keteladanan dari para Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebab mereka adalah orang-orang yang hatinya baik, ilmunya mendalam,
sedikit takalluf
(memaksakan diri diluar batas kemampuan), memiliki
petunjuk yang lurus, baik keadaannya. Mereka adalah suatu kaum yang Allah subhanahu wa ta’ala pilih untuk dijadikan sebagai sahabat Nabi-Nya. Maka dari itu,
ketahuilah keutamaan mereka, dan ikutilah jejak-jejak mereka, sebab mereka
berdai diatas petunjuk yang lurus.” (Derajat riwayat ini, laa ba’sa bihi, dikeluarkan oleh Ibnu Abdil Bar dalam kitabnya Jaami’ Bayaanil ‘ilmi).
Maka ini sudahlah hujjah yang
kuat akan wajibnya kita beragama Islam sebagaimana para sahabat beragama Islam.
Beribadah sebagaimana beribadahnya para sahabat yang telah dituntunkan oelh
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Jadi ketika di masa ini ada
orang-orang yang mencela para sahabat, mencaci maki para Umahatul mukminin yang
juga banyak meriwayatkan hadits, maka betapa kurang ajarnya mereka. Meraka
telah mebatalkan Firman Allah tabaraka
wa ta’ala di sekian ayat yang memuji para
sahabat.
Jadi jangan terkecoh dengan
kelompok-kelompok yang tidak mengambil riwayat dari sahabat, dan berdalihkan
hanya mengambil dari ahlul bait nabi saja. Mungkin saat ini ia masih
bersembunyai di balik taqiyahnya, namun sebenarnya di dalam hati mereka
tersembunyi kebencian yang besar terhadap para sahabat radhiallahu ‘anhum.
Dan hendaknya kita berhati-hati
terhadap kelompik berbahaya ini, yaitu kelompok Syiah rafidhoh. Selain mencaci maki sahabat, umahatul mu’minin, mereka juga tidak
beriman terhadap al-Qur’an yang ada pada saat ini. Mereka memiliki paham, bahwa
al-Qur’an yang ada telah berubah dan al-Qur’an yang asli ada pada Imam Mahdi mereka
yang entah kapan akan keluar. Nasarullaha
salamatan wal ‘afiyah.
Disarikan dari Syarah Ushulussunah, Imam Ahmad bin
Hanbal rahimahullah.
Artikel menarik lainnya :