Kisah ini diriwayatkan
dari Wahb bin Munabbih radhiyallahu ‘anhu. Ada seorang ahli ibadah di
kalangan bani israel. Dia adalah orang yang paling tekun beribadah pada
zamannya. Pada saat itu ada tiga orang laki laki bersaudara yang memiliki satu
saudari lagi, seorang gadis. Ketika mereka hendak pergi untuk ikut dalam
perngiriman satuan pasukan, mereka tidak tahu siapa yang akan menjaga dan
melindungi saudari mereka, dan kepada siapa dia akan dititipkan. Maka mereka
sepakat untuk menitipkan saudari mereka kepada laki laki ahli ibadah di
kalangan Bani Israel. Dengan penuh keyakinan mereka mendatangi ahli ibadah itu
dan memintanya untuk sudi dititipi saudari mereka, yang berarti saudari mereka
itu harus menetap di tempat ahli ibadah dan dalam lindungannya hingga mereka
kembali dari peperangan. Namun ahli ibadah menolak permintaan mereka dan dia
berlindung kepada Allah dari keberadaan saudari mereka. Mereka terus mendesak
ahli ibadah itu hingga akhirnya dia berkenan. Ahli ibadah itu berkata,
“Suruhlah dia menginap di sebuah bilik di lantai bawah biaraku.”
Maka mereka menempatkan
saudarinya di bilik yang dimaksudkan kemudian mereka meninggalkannya. Dengan
begitu, gadis tersebut berada di tempat ahli ibadah untuk sekian lama, yang
selama itu pula ahli ibadah turun dari biaranya untuk memberikan makanan kepada
sang gadis. Dia meletakkan makanan di dekat pintu biara, kemudian menutupnya
kembali lalu naik ke lantai atas dalam biaranya. Setelah itu sang gadis keluar
dari biliknya untuk mengambil makanan yang sudah diletakkan ahli ibadah.
Setan cukup sabar
menghadapi ahli ibadah itu dan senantiasa membuatnya senang melakukan kebaikan,
sambil membesar besarkan masalah jika gadis itu keluar pada siang hari dan
menakut nakutinya andaikan ada orang lain yang melihat keberadaan gadis itu di
biaranya. Maka setan menambahi tipu muslihatnya dengan berkata, “Andaikan
engkau mau berjalan ketika membawa makanannya , lalu engkau meletakkannya
didepan biliknya, tentu pahalamu semakin bertambah besar.”
Setan terus menerus
membujuknya hingga dia mau berjalan mendekati bilik gadis dan meletakkan
makanannya di depan pintunya, tanpa berbicara sedikitpun. Hal ini terjadi
hingga beberapa lama.
Kemudian Iblis
mendatangi ahli ibadah dan menganjurkannya kepada suatu kebaikan, seraya
berkata, “Andaikata engkau mau berjalan membawa makanannya dan meletakannya di
dalam biliknya, tentu pahalamu semakin besar.” Iblis senantiasa membujuk ahli
ibadah hingga dia mau berjalan membawa makanannya dan meletakkannya di dalam
bilik sang gadis. Hal ini terjadi hingga beberapa lama.
Iblis menyuruh ahli
ibadah kepada kebaikan dan menganjurkannya, seraya berkata, “Andaikata engkau
mau berbicara dan mengobrol dengannya, tentu engkau akan bisa menjaganya,
karena dia bisa saja dimangsa binatang buas.” Iblis senantiasa membujuknya,
hingga ahli ibadah itu mau berbincang bincang dengan sang gadis dari atas
lantai di atas biaranya hingga beberapa lama.
Setelah itu Iblis
mendatangi ahli ibadah dan berkata membujuknya, “Andaikata engkau mau turun ke
biliknya, duduk di depan pintu biaramu dan mengajaknya berbincang bincang
denganmu, tentu hal itu lebih dia sukai.” Iblis senantiasa membujuknya hingga
ahli ibadah mau duduk di depan pintu biaranya dan keduanya berbincang bincang.
Hal ini terjadi hingga beberapa lama.
Iblis mendatangi ahli
ibadah dan mengajurkan sesuatu yang selayaknya ia lakukan. Iblis berkata,
“Andaikata engkau keluar dari biaramu dan duduk di dekat pintu biliknya, lalu
engkau berbincang bincang dengannya, tentu lebih menyenangkan hatinya. Iblis
senantiasa membujuk ahli ibadah hingga akhirnya dia benar-benar
melaksanakannya. Hal ini terjadi hingga beberapa lama.
Iblis mendatangi ahli
ibadah lagi dan memberinya anjuran tentang pahala yang akan diperolehnya di
sisi Allah jika dia mau mengerjakannya. Iblis berkata, “Andaikan saja engkau
mau keluar dari biaramu dan duduk lebih dekat lagi ke pintu bilik si gadis itu
serta berbincang bincang dengannya tanpa perlu keluar dari sana.” Ahli ibadah
melakukan anjuran Iblis ini dan hal ini berjalan hingga beberapa lama.
Kemudian Iblis
mendatangi ahli ibadah dan berkata, “Andaikata engkau mau masuk ke dalam bilik
gadis itu, berbincang bincang dengannya dan tanpa diketahui seorang pun, maka
hal ini tentu lebih baik bagimu.” Maka sehari penuh ahli ibadah menemani sang
gadis di dalam biliknya. Ketika hari sudah senja, dia keluar dan naik ke lantai
atas dari biaranya.
Iblis mendatangi ahli
ibadah dan terus menerus membujuknya, hingga dia berani memegang paha sang
gadis dan memeluknya. Iblis terus memperdaya ahli ibadah dengan membisikkan
bahwa hal itu merupakan kebaikan, hingga akhirnya dia menyetubuhinya dan gadis
itu pun hamil. Ketika tiba saatnya, gadis itu melahirkan seorang bayi. Iblis
mendatangi ahli ibadah seraya berkata, “Apa pendapatmu jika saudara saudaranya
datang sementara saudari mereka telah melahirkan seorang bayi akibat
perbuatanmu? Apa yang hendak engkau lakukan? Tentu saja aku tak berani menjamin
dirimu, bahwa nama baiknya akan tercemar, atau mereka akan mencemarkan nama
baikmu. Karena itu hampirilah bayi itu, bunuhlah dia, lalu kuburkan mayatnya.
Gadis itu akan merahasiakannya karena takut andaikan saudara saudaranya tahu
apa yang telah engkau perbuat terhadap dirinya.”
Maka ahli ibadah itu
melakukan apa yang dianjurkan Iblis. Lalu Iblis berkata lagi, “Apakah menurut
pendapatmu wanita itu akan menyembunyikan kepada saudara saudaranya apa yang
telah engkau perbuat terhadap dirinya dan anaknya? Ambillah wanita itu,
bunuhlah dia dan kubur bersama anaknya!”
Ahli ibadah benar benar
mengikuti anjuran Iblis, membunuh dan mengubur gadis itu bersama anaknya. Dia
juga membuat sebuah lubang dan meletakkan sebuah batu besar diatasnya setelah
meratakan tanahnya. Setelah itu ia naik ke lantai atas biaranya untuk beribadah
disana. Tidak berapa lama berselang seperti yang dikehendaki Allah, saudara
saudara sang gadis datang dari peperangan, lalu mereka mendatangi biara dan
menanyakan saudari mereka. Ahli ibadah menangis dan menunjukkan belas
kasihannya terhadap saudari mereka seraya berkata, “Dia adalah seorang wanita
yang paling baik. Itu adalah kuburannya. Lihatlah!”
Mereka mendatangi
kuburan saudari mereka dan menangis disana sebagai luapan kasih sayang mereka.
Beberapa hari mereka berada di kuburan itu lalu mereka pulang ke rumah.
Pada malam harinya dan
setelah mereka tidur, setan mendatangi mereka lewat mimpi. Setan muncul dalam
rupa seorang musafir. Pertama kali ia datang dalam mimpi salah seorang di
antara mereka yang paling tua. Setan bertanya tentang nasib saudarinya. Orang
itu menjawab seperti apa yang dikatakan ahli ibadah, bagaimana kematiannya dan
bagaimana kasih sayang yang ditunjukkannya terhadap saudarinya itu. Bahkan ahli
ibadah itu juga menunjukkan kuburannya. Namun setan menyangkal semua itu seraya
berkata, “Ahli ibadah itu tidak berkata jujur tentang saudari kalian. Saudari
kalian itu telah hamil dan melahirkan bayi karena perbuatan ahli ibadah, lalu
dia membunuh saudari kalian dan menguburnya di balik pintu sebelah kanan di
bilik yang ditempati saudari kalian. Pergilah kesana dan buktikan sendiri,
tentu kalian akan mendapatkan apa yang kukatakan ini.”
Lalu Iblis mendatangi
dua saudaranya yang lain dan mengatakan hal yang sama. Ketika sudah bangun
mereka merasa heran dengan mimpi yang mereka alami dan mereka semakin heran
ketika mereka memberi tahu tentang mimpi mereka masing masing.
“Ini hanya sekedar
mimpi, kalian tak perlu memperdulikannya” kata yang paling tua .
Yang paling muda
berkata, “Demi Allah aku tidak akan surut sebelum mendatangi tempat itu dan
memeriksanya.”
Akhirnya mereka bertiga
sepakat untuk mendatangi bilik yang dulu ditempati saudarinya. Mereka membuka
pintu dan mencari cari tempat seperti yang diberitahukan kepada mereka lewat
mimpi. Ternyata benar, saudari mereka dan anaknya terkubur di tempat itu.
Mereka menemui ahli ibadah dan menanyakan tentang nasib saudari mereka dan tak ada
pilihan lain bagi ahli ibadah selain mengakuinya karena godaan setan. Mereka
pun menurunkan ahli ibadah dari biaranya dan siap untuk di salib. Tatkala ahli
ibadah itu sedang diikat di papan, setan menemuinya seraya berkata, “Tentunya
engkau sudah tahu bahwa sebenarnya akulah yang telah menggodamu dengan
kehadiran wanita itu, lalu engkau membuatnya hamil, lalu engkau membunuhnya dan
anaknya. Jika pada saat ini engkau tunduk kepadaku dan kufur kepada Allah yang
telah menciptakanmu dan membentuk dirimu, tentu engkau akan selamat dari
keadaan yang akan menimpamu ini..”
Maka ahli ibadah itu
menyatakan kufur kepada Allah. Namun kemudian setan meninggalkannya begitu saja
dan membiarkan orang orang menyalibnya. Karena peristiwa inilah Allah
menurunkan surah Al Hasyr : 16
كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلإنْسَانِ اكْفُرْ
فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ
الْعَالَمِينَ
“(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika
dia berkata kepada manusia: ‘Kafirlah kamu’, maka tatkala manusia itu telah
kafir, maka ia berkata: ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena
sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam’.”
Sungguh benar perkataan
Al Haasan bin Shalih yang mengatakan “Sesungguhnya setan benar-benar akan
membukakan 99 pintu kebaikan bagi seorang hamba, untuk tujuan membuka satu
pintu keburukan.”
Maka hendaknya kita
berhati-hati dan waspada terhadap godaan syaiton. Sesungguhnya syiton tidak
pernah akan diam ketika seorang anak adam itu ta’at dan beribadah hanya kepada
Allah. Mereka akan selalu berusaha dengan bertahap untuk menyesatkan manusia
dari jalan Allah.
Dari kisah ini juga
menunjukkan kepada kita bahwasannya janganlah kita bermudah-mudahan dalam
urusan yang dapat menghantarkan kita kepada maksiat. Karena syaiton begi pandai
dan begitu halusnya menggiring seorang ahli ibadah itu dari perbuatan baik yang
tidak ia sadari bahwasannya itu dapat menghantarkannya kepada maksiat yang
tidak akan diampuni dosanya yaitu kufur kepada Allah subahanahu wa ta’ala.
Kita juga dapat
mengambil pelajaran dari kisah ini bahwasannya jangan sampai kita menyepelekan
dosa yang terlihat kecil atau terlihat samar. Karena akibat penyepelean kita
ini dapat membuat hati merasa senang terhadap perbuatan itu hingga akhirnya
tidak dapat membedakan mana perkara maksiat sampai pada kahirnya dalam keadaan
terdesakpun harus berbuat kufur. Waliyyadzubillah.
Mudah-mudahan kita
diberikan keselamatan dari berbagai macam fitnah baik subhat maupun syahwat. Dan
hanya kepada Allah sajalah kita memohon pertolongan. Semoga Allah kuatkan kita,
Istiqomahkan kita di jalan yang haq untuk menuju surga-Nya kelak. Amiin.
Disalin dari buku Perangkap
Setan karya Ibnul
Jauzy penerbit Al Kautsar, dari Muslimah.Or.Id Dengan Sedikit Tambahan dan Perubahan
Judul
Fanspage Kami Info Kajian Sunnah