Yang Kadang Terlupakan Oleh Kedua Orang Tua : Ternyata Mencium Anak-Anak Mendatangkan Rahmat Allah !!
Kamis, 21 Februari 2013
0
komentar
Sering kita dapati seseorang yang mendidik
anaknya dengan cara yang keras…dengan menggunakan pukulan..bahkan tendangan…
Bahkan jika tangannya telah lelah memukul
maka iapun menggunakan tongkat atau cambuk untuk memukul anaknya. Sementara
jika bertemu dengan sahabat-sahabatnya jadilah ia orang yang paling lembut dan
ramah.
Memang benar bahwa boleh bagi seorang ayah
atau ibu untuk mendidik anaknya dengan memukul, akan tetapi hal itu keluar dari
hukum asal. Karena hukum asal dalam mendidik…bahkan dalam segala hal adalah
dengan kelembutan. Kita –sebagai orang tua- tidak boleh berpindah kepada metode
pemukulan kecuali jika kondisinya mendesak. Itupun tidak boleh dengan pemukulan
yang semena-mena, semau kita, seperti pukulan yang menimbulkan bekas…terlebih
lagi yang mematahkan tulang…
Sering syaitan menghiasi para orang tua
dengan menjadikan mereka menyangka bahwa metode kekerasan dalam mendidik
anak-anak adalah metode yang terbaik dan praktis serta metode yang singkat dan
segera mendatangkan keberhasilan. Karena dengan kekerasan dalam sekejap sang
anak menjadi penurut. '
Ingatlah ini semua hanyalah was-was
syaitan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda :
"Tidaklah
kelembutan pada sesuatupun kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari
sesuatupun kecuali akan memperburuknya" (Dishahihkan oleh Al-Albani)
Memang
benar…jika seorang anak disikapi keras maka ia akan nurut dan patuh…akan tetapi
hanya sekejap dan sementara…
Kenyataan
yang ada menunjukan bahwa jika seorang ayah atau ibu yang senantiasa memukuli
dan mengerasi anak-anak mereka akan menimbulkan dampak buruk:
- Jadilah kedua orang tua tersebut berhati keras…, hilang kelembutan dari mereka, karena mereka telah membiasakan kekerasan dalam hati mereka
- Bahkan anak-anak mereka yang sering mereka pukuli pun menjadi keras…, keras dan kasar sikap mereka dan juga keras hati mereka.
- Bahkan tidak jarang sang anak yang dikerasi maka semakin menjadi-jadi keburukannya. Terutama jika sang anak merasa aman dari control kedua orang tuannya. Hal ini menunjukan sikak keras terhadap seringnya tidak membuahkan keberhasilan dalam mendidik anak-anak
- Kalaupun metode kekerasan berhasil merubah sang anak menjadi seorang anak yang "tidak nakal" maka bagaimanapun akan berbeda hasilnya dengan seorang anak yang dibina dengan kelembutan. Seorang anak yang "tidak nakal" yang merupakan buah metode kekerasan tidak akan memiliki kelembutan dalam sikap dan tutur kata serta kelembutan hati yang dimiliki oleh seorang anak yang dididik dengan penuh kelembutan.
Adapun
jika kedua orang tua bersikap lembut kepada anak-anak mereka, dan tidak memukul
kecuali dalam kondisi terdesak, sehingga tidak keseringan…maka akan menimbulkan
banyak dampak positif, diantaranya :
- Kedua orang tua tetap bisa menjaga kelembutan hati keduanya
- Kelembutan hati anak-anak mereka juga bisa terjaga, demikian pula akhlak anak-anak mereka menjadi akhlak yang mulia. Karena mereka telah meneladani kedua orang tua mereka yang selalu bersikap lembut dan sayang kepada mereka
- Anak-anak tatkala telah dewasa maka yang mereka selalu kenang adalah kebaikan, kelembutan, ciuman kedua orang tua mereka yang telah bersabar dalam mendidik mereka. Jadilah mereka anak-anak yang berbakti yang selalu ingin membalas budi kebaikan kedua orang tua mereka.
- Kedua orang tua akan mendapatkan rahmat Allah dan ganjaran dari Allah karena sikap lembut mereka kepada anak-anak mereka
Abu
Hurairah –semoga Allah meridhoinya- berkata :
"Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam mencium Al-Hasan bin 'Ali, dan di sisi Nabi ada
Al-Aqro' bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro' berkata, "Aku punya 10 orang anak, tidak
seorangpun dari mereka yang pernah kucium". Maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallampun melihat kepada Al-'Aqro' lalu beliau berkata, "Barangsiapa
yang tidak merahmati/menyayangi maka ia tidak akan dirahmati" (HR Al-Bukhari no 5997 dan
Muslim no 2318)
Dalam kisah
yang sama dari 'Aisyah –semoga Allah meridhoinya- ia berkata :
"Datang
seorang arab badui kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata,
"Apakah kalian mencium anak-anak laki-laki?, kami tidak mencium
mereka". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
berkata, "Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rasa
rahmat/sayang dari hatimu" (HR Al-Bukhari no 5998 dan Muslim no 2317)
Ibnu
Batthool rahimahullah berkata, "Menyayangi anak kecil,
memeluknya, menciumnya, dan lembut kepadanya termasuk dari amalan-amalan yang
diridhoi oleh Allah dan akan diberi ganjaran oleh Allah. Tidakkah engkau perhatikan
Al-Aqro' bin Haabis menyebutkan kepada Nabi bahwa ia memiliki 10 orang anak
laki-laki tidak seorangpun yang pernah ia cium, maka Nabipun berkata
kepada Al-Aqro' ((Barang siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan
disayang)).
Maka hal
ini menunjukan bahwa mencium anak kecil, menggendongnya, ramah kepadanya
merupakan perkara yang mendatangkan rahmat Allah. Tidak engkau perhatikan
bagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menggendong (*cucu beliau) Umaamah
putrinya Abul 'Aash (*suami Zainab putri Nabi) di atas leher beliau tatkala
beliau sedang sholat?, padahal sholat adalah amalan yang paling mulia di sisi
Allah dan Allah telah memerintahkan kita untuk senantiasa khusyuk dan
konsentrasi dalam sholat. Kondisi Nabi yang
menggendong Umaamah tidaklah bertentangan dengan kehusyu'an yang diperintahkan
dalam sholat. Nabi kawatir akan memberatkan Umaamah (*si kecil cucu beliau)
kalau beliau membiarkannya dan tidak digendong dalam sholat.
Pada
sikap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ini merupakan teladan yang paling
besar bagi kita, maka hendaknya kita meneladani beliau dalam menyayangi
anak-anak baik masih kecil maupun yang besar, serta berlemah lembut kepada
mereka" (Syarh Shahih Al-Bukhari karya Ibnu Batthool, 9/211-212)
Syaikh
Ibnu Al-'Utsaimin rahimahullah berkata, "Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam مَنْ لا يَرْحَمُ لا يُرْحَمُ (Barangsiapa yang
tidak merahamati maka tidak dirahmati), yaitu barangsiapa yang tidak merahmati
manusia maka ia tidak akan dirahmati oleh Allah Azza wa Jalla –kita berlindung
kepada Allah akan hal ini-, serta Allah tidak memberi taufiq kepadanya untuk
merahmati. Hadits ini menunjukan bahwa bolehnya mencium anak-anak kecil karena
rahmat dan sayang kepada mereka, apakah mereka anak-anakmu ataukah cucu-cucumu
dari putra dan putrimu atau anak-anak orang lain. Karena hal ini akan mendatangakna rahmat Allah dan menjadikan
engkau memiliki hati yang menyayangi anak-anak. Semakin seseorang rahmat/sayang
kepada hamba-hamba Allah maka ia semakin dekat dengan rahmat Allah. Bahkan
Allah mengampuni seorang wanita pezina tatkala wanita pezina tersebut merahmati
seekor anjing yang menjilat-jilat tanah karena kehausan…
Jika Allah
menjadikan rasa rahmat/kasih sayang dalam hati seseorang maka itu merupakan
pertanda bahwa ia akan dirahmati oleh Allah…"
"Maka
hendaknya seseorang menjadikan hatinya lembut, ramah, dan sayang (kepada
anak-anak), berbeda dengan kondisi sebagian orang bodoh. Bahkan tatkala anaknya yang masih kecil menemuinya sementara ia
sedang di warung kopi maka iapun membentak dan mengusir anaknya. Ini merupakan
kesalahan. Lihatlah bagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang
yang paling baik dan mulia akhlak dan adabnya. Suatu hari beliau sedang sujud
–tatkala beliau mengimami para sahabat- maka datanglah Al-Hasan bin Ali bin Abi
Thoolib, lalu –sebagaiman sikap anak-anak-, Al-Hasanpun menaiki pundak Nabi
yang dalam kondisi sujud. Nabipun melamakan/memanjangkan sujudnya. Hal ini
menjadikan para sahabat heran (*mereka berkata :
"Wahai
Rasulullah, engkau telah memperpanjang sujudmu, kami mengira telah terjadi
sesuatu atau telah diturunkan wahyu kepadamu"-pen),
Maka Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada mereka,
"Bukan…,
akan tetapi cucuku ini menjadikan aku
seperti tunggangannya, maka aku tidak suka menyegerakan dia
hingga ia menunaikan kemauannya" (*HR Ahmad no 16033 dengan sanad yang
shahih-pen dan An-Nasaai no 1141 dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Yaitu aku
tidak ingin segera bangkit dari sujudku hingga ia menyelesaikan keinginannya.
Ini buah dari rasa kasih sayang.
Pada
suatu hari yang lain Umamah binti Zainab putri Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam yang masih kecil dibawa oleh Nabi ke masjid. Lalu Nabi sholat mengimami para sahabat dalam kondisi
menggendong putri mungil ini. Jika beliau sujud maka beliau meletakkannya di
atas tanah, jika beliau berdiri maka beliau menggendongnya. Semua ini beliau
lakukan karena sayang kepada sang cucu mungil. Padahal bisa saja Nabi
memerintahkan Aisyah atau istri-istrinya yang lain untuk memegang cucu mungil
ini, akan tetapi karena rasa kasih sayang beliau. Bisa jadi sang cucu hatinya
terikat senang dengan kakeknya shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Nabi ingin
menenangkan hati sang cucu mungil.
Pada suatu hari Nabi sedang berkhutbah,
lalu Al-Hasan dan Al-Husain (*yang masih kecil) datang memakai dua baju
–mungkin baju baru-. Baju keduanya tersebut kepanjangan, sehingga keduanya
tersandung-sandung jatuh bangun tatkala berjalan. Maka Nabipun turun dari
mimbar lalu menggendong keduanya dihadapan beliau (*di atas mimbar) lalu beliau
berkata:
"Maha
benar Allah…"Hanyalah harta kalian dan anak-anak kalian adalah
fitnah", aku melihat kedua anak kecil ini berjalan dan terjatuh, maka aku
tidak sabar hingga akupun memutuskan khutbahku dan aku menggendong
keduanya" (HR At-Thirmidzi no 2969 dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Kemudian
beliau melanjutkan khutbah beliau (*lihat HR Abu Dawud no 1016 dan dishahihkan
oleh Al-Albani)
Yang
penting hendaknya kita membiasakan diri kita untuk menyayangi anak-anak,
demikian juga menyayangi semua orang yang butuh kasih sayang, seperti anak-anak
yatim, orang-orang miskin, orang-orang lemah (tidak mampu) dan selain mereka.
Dan hendaknya kita menjadikan dalam hati kita rasa rahmat (kasih sayang) agar
hal itu menjadi sebab datangnya rahmat Allah bagi kita, karena kita juga butuh
kepada rahmat" (dari Syarah Riyaad As-Shoolihiin, dengan sedikit
perubahan)
Sungguh
mulia akhlak Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada anak-anak…beliau
menggendong anak-anak…bahkan dalam sholat beliau, karena kasih sayang kepada
anak-anak …mencium anak-anak adalah ibadah…mendatangkan rahmat Allah. Bahkan beliau pernah berjalan cukup jauh hanya untuk mencium
putra beliau Ibrahim.
Anas Bin
Malik –semoga Allah meridhoinya- berkata :
"Aku tidak pernah
melihat seorangpun yang lebih sayang kepada anak-anak dari pada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam. Putra
Nabi (yang bernama) Ibrahim memiliki ibu susuan di daerah Awaali di kota
Madinah. Maka Nabipun berangkat (*ke rumah ibu susuan tersebut) dan kami
bersama beliau. lalu beliau masuk ke dalam rumah yang ternyata dalam keadaan
penuh asap. Suami Ibu susuan Ibrahim adalah seorang pandai besi. Nabipun mengambil Ibrahim lalu menciumnya, lalu beliau
kembali" (HR Muslim no 2316)
Karenanya…bersabarlah wahai para orang tua
dalam mendidik anak kalian…sayangilah mereka…peluklah mereka…ciumlah
mereka….semuanya akan mendatangkan pahala dan rahmat Allah.
Sumber : http://firanda.com/
Barakallahu fikum
Judul: Yang Kadang Terlupakan Oleh Kedua Orang Tua : Ternyata Mencium Anak-Anak Mendatangkan Rahmat Allah !!
Ditulis oleh Abu Mumtazah
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi antum. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke www.jadwalkajiansunnah.blogspot.com. Terima kasih atas kunjungannya, mudah-mudahan dapat bermanfaat.Ditulis oleh Abu Mumtazah
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar